“Kisah
Keteladanan Al-Habib Ali Al-Habsyi (Kwitang)”
Suatu ketika tatkala al-Habib Ali bin Abdurrahman
al-Habsyi (Kwitang) sedang mengajar di rumahnya di hadapan muridnya yang cukup
banyak, beliau mendengar suara ibunda tercinta, Nyai Salmah: “Li... Ali... Li...”, begitu panggil sang ibu.
Lalu Habib Ali, waktu
itu telah berumur lebih dari 60 tahun, langsung saja permisi kepada semua
muridnya:
“Saya minta ridhanya untuk menemui ibu saya terlebih
dahulu.”
Habib Ali pun
menemui ibunya. Ternyata sang ibu minta diantarkan ke kamar mandi. Bergegaslah Habib Ali menggendong sang bunda pergi ke kamar mandi. Bukan
itu saja, Habib Ali lah yang langsung membersihkan dan menyuci pakaian sang ibu.
Meski ada istri tapi Habib Ali tidak mengizinkannya, karena demi bakti beliau
terhadap sang ibu.
Padahal waktu itu
Habib Ali telah dikenal sebagai ulama yang terpandang di tanah Betawi, tetapi beliau
bila dipanggil sang ibu tanpa pikir panjang langsung memenuhi panggilan itu.
Ada suatu peristiwa
dimana Habib Muhammad, putra Habib Ali, masih kecil sementara Habib Ali sedang dalam
rihlah dakwahnya di Negeri Singapura. Dan sang
ibu, Nyai Salmah, bertanya pada menantunya yaitu istri Habib Ali: “Mana Ali,
putraku?”
Dijawab oleh
istri Habib Ali: “Sedang dakwah di Singapura, Umi.”
Dengan spontan
sang ibu memerintahkan pada menantunya itu:
“Cepat kirim telegram, bilang padanya ibu memanggilnya untuk pulang!”
Langsung dikirimlah
telegram itu kepada Habib Ali yang sedang berdakwah di Singapura. Sesampainya
telegram itu pada Habib Ali, langsung beliau baca. Setelah dibaca, tanpa basa-basi
Habib Ali pun permisi pamit untuk pulang karena sang ibu yang memanggilnya.
Begitulah tanda
bakti seorang ulama besar, orang terpandang, panutan umat, al-Habib Ali bin
Abdurrahman al-Habsyi terhadap sang bunda tercinta.
(Sumber kisah: Ustadz Antoe Djibrel,
Khadim Majelis Ta’lim Kwitang dari Almarhum al-Habib Muhammad bin Ali al-Habsyi).
Sya’roni
As-Samfuriy, Cilangkap Jaktim 09 Maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar