Halaman

Rabu, 29 Januari 2014

HUBUNGAN SUNNI-SYIAH, DAMAI DALAM PERBEDAAN YANG DIALOGIS





A.    Pernyataan Para Ulama Sunni terhadap Syiah

1.      Risalah Amman, “Siapa saja yang mengikuti dan menganut salah satu dari empat madzhab Ahlussunnah (Hanafi, Syafi’i, Maliki, Hanbali), dua madzhab Syi’ah Ja’fariyyah dan Zaidiyyah, madzhab Ibadhiyyah dan madzhab Dzahiriyyah adalah Muslim. Tidak diperbolehkan mengkafirkan salah seorang dari pengikut/penganut madzhab-madzhab yang disebut di atas. Darah, kehormatan dan harta benda salah seorang dari pengikut/penganut madzhab-madzhab yang disebut di atas tidak boleh dihalalkan. Lebih lanjut, tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikuti akidah Asy’ari atau siapa saja yang mengamalkan tasawuf  (sufisme). Demikian pula, tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikuti pemikiran Salafi yang sejati.” (ammanmessage.com)

2.      Prof. Dr. Umar Shihab (Ketua MUI Pusat): “Syiah bukan ajaran sesat, baik Sunni maupun Syiah tetap diakui Konferensi Ulama Islam International sebagai bagian dari Islam.” (rakyatmerdekaonline.com)

3.      Prof. Dr. KH. Said Agil Siradj (Ketua Umum PBNU): “Ajaran Syiah tidak sesat dan termasuk Islam seperti halnya Sunni. Di universitas di dunia manapun tidak ada yang menganggap Syiah sesat.” (tempo.co)

4.      Prof. Dr. Din Syamsuddin (Ketua Umum PP Muhammadiyah): “Tidak ada beda Sunni dan Syiah. Dialog merupakan jalan yang paling baik dan tepat, guna mengatasi perbedaan aliran dalam keluarga besar sesama Muslim.” (republika.co.id)

5.      KH. Abdurahman Wahid (Gus Dur): “Syiah itu adalah NU plus imamah dan NU itu adalah Syiah minus imamah.”

6.      Prof. Dr. Amin Rais (Mantan Ketua PP Muhammadiyah/Ketua MPR RI ): “Sunnah dan Syiah adalah madzhab-madzhab yang legitimate dan sah saja dalam Islam.” (satuislam.wordpress.com)

7.      Prof. Dr. Komaruddin Hidayat (Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta): “Syiah merupakan bagian dari sejarah Islam dalam perebutan kekuasaan, dari masa sahabat, karenanya akidahnya sama, al-Qurannya dan nabinya juga sama.” (republika.co.id)

8.      Prof. Dr. Syafi’i Ma’arif (Cendikiawan Muslim, Mantan Ketua PP Muhammadiyah): “Kalau Syiah di kalangan madzhab, dianggap sebagai madzhab kelima.” (okezone.com)

9.      Marzuki Alie (Ketua DPR RI): “Syiah itu madzhab yang diterima di negara manapun di seluruh dunia, dan tidak ada satupun negara yang menegaskan bahwa Islam Syiah adalah aliran sesat.” (okezone.com)

10.  KH Nur Iskandar SQ (Ketua Dewan Syuro PPP): “Kami sangat menghargai kaum Muslimin Syiah.” (inilah.com)

11.  KH. Alie Yafie (Ulama Besar Indonesia): “Dengan tergabungnya Iran yang mayoritas bermadzhab Syiah sebagai negara Islam dalam wadah OKI, berarti Iran diakui sebagai bagian dari Islam. Itu sudah cukup. Yang jelas, kenyataannya seluruh dunia Islam, yang tergabung dalam 60 negara menerima Iran sebagai negara Islam.” (tempointeraktif)

12.  Syaikh Ahmad Deedat, kristolog masyhur yang juga seorang ulama Sunni mengatakan: “Saya katakan kenapa Anda tidak bisa menerima ikhwan Syiah sebagai madzhab kelima? Hal yang mengherankan adalah mereka mengatakan kepada Anda ingin bersatu. Mereka tidak mengatakan tentang menjadi Syiah. Mereka berteriak: “Tidak ada Sunni atau Syiah, hanya ada satu, Islam.” Tapi kita mengatakan kepada mereka: “Tidak, Anda berbeda. Anda Syiah!” Sikap seperti ini adalah penyakit dari setan yang ingin memecah-belah. Bisakah Anda membayangkan, kita Sunni adalah 90% dari Muslim dunia dan 10%-nya adalah Syiah yang ingin menjadi saudara seiman, tapi yang 90% ketakutan. Saya tidak mengerti mengapa Anda yang 90% menjadi ketakutan. Mereka (Syiah) yang seharusnya ketakutan.”

B.     Kisah Teladan Syaikh Ahmad Deedat dengan Ulama Syiah, Dakwah Sejuk Tanpa Caci-maki


Alkisah, suatu hari pernah diadakan diskusi antara 7 ulama Syiah dengan 7 ulama Ahlussunnah wal Jama’ah. Di tempat dan waktu yang terbatas, ulama-ulama Syiah telah hadir. Namun tak ada satu pun ulama Ahlussunnah yang datang.

Tiba-tiba masuklah seseorang dengan membawa sepatu di bawah ketiaknya. Ulama Syiah terheran-heran, kemudian mereka bertanya: “Kenapa kamu membawa sepatumu?”

Orang itu pun menjawab: “Saya tahu bahwa orang Syiah itu suka mencuri sandal di zaman Rasulullah Saw.”

Ulama Syiah saling pandang terheran-heran. Lalu mereka berkata: “Tapi di zaman Rasul belum ada Syiah.”

Orang itu menjawab lagi: “Kalau begitu diskusi telah selesai. Dari manakah datangnya ajaran agama kalian kalau di zaman Rasulullah Saw. tidak ada Syiah?”

Orang yang datang membawa sepatu tersebut adalah Syaikh Ahmad Deedat.

Sya’roni As-Samfuriy, Cilangkap Jaktim 29 Januari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar