Halaman

Jumat, 20 Desember 2013

SULUK KAUM SARUNGAN (SANTRI)





Ciri khas penampilan dalam berpakaian kaum sarungan (santri) adalah tidak lepas dari bakyak, sarung, baju koko dan kopyah. Banyak filosofi yang terkandung dalam simbolisasi penamaan pakaian kaum sarungan tersebut, diantaranya:

1.      Bakyak asal katanya dari al-Baqa’ wa al-Yaqin. Ke mana-mana selalu ingat Allah, meyakini bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Kekal. Karena lidah Jawa sulit mengucapkannya maka Baqa’ dibaca “Bakyak”.

2.      Sarung asal katanya dari Syar’an. Artinya dalam kehidupannya senantiasa mengamalkan syariat Islam. Karena lidah Jawa sulit mengucapkannya maka Syar’an dibaca “Sarungan”.

3.      Baju koko asal katanya dari potongan ayat Walibasuttaqwa dzaliku khair (QS. al-A’raf ayat 26). Senantiasa mengingatkan bahwa pakaian taqwa adalah sebaik-baik pakaian. Karena lidah Jawa sulit mengucapkannya maka Taqwa dibaca “Koko”.

4.      Kopyah asal katanya dari Khufyah, artinya disembunyikan. Walau kepala kita pintar dan jenius jangan dipamerkan dan jangan ditonjokan, tapi disembunyikan. Kalau orang pakai kopyah berarti mengingatkan untuk tidak sombong. Karena lidah Jawa sulit mengucapkannya maka Khufyah dibaca “Kopyah”.

Dalam Dalam suatu syair disebutkan:

وخي لباس المرء طاعة ربه * ولا خير فيمن كان لله عاصيا

“Baju dan hiasan yang paling indah adalah taat kepada Rabbnya # Dan tidak ada kebaikan bagi orang yang bermaksiat pada Allah.”

(Disarikan dari taushiyyah Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj Ketum PBNU di Pondok Pesantren Sulaiman Trenggalek). Wallahu al-Musta’an A’lam.

Sya’roni As-Samfuriy, Cilangkap Jaktim 21 Desember 2013

Keterangan foto: Gus Ma’shum (KH. Ma’shum Jauhari), Pengasuh Ponoes Lirboyo Kediri dan Ketum Pagar Nusa, bersama Bung Haji Rhoma Irama serta para pendekar Pagar Nusa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar