“Pekerjaan dan Makanan Halal Sebagai Obat”
Gus Shampton Masduqi
suatu saat pernah menuturkan kisah perihal harta haram yang bersumber dari
pekerjaan yang tidak halal. Hal tersebut menjadikannya semakin jauh dari rahmat
dan hidayah Allah Swt. Gus Shampton mengkisahkan sebuah kejadian nyata salah
seorang temannya.
Seusai mengaji
kitab Ihya’ ‘Ulumiddin, salah seorang teman mendekati Guru Mulia
al-Habib Muhammad bin Idrus al-Haddad.
Teman ngaji itu mengadu kepada sang habib bahwa dia sudah bertahun-tahun
menderita sakit yang tak kunjung sembuh. Lalu al-Habib Muhammad bertanya: “Apa
pekerjaanmu?”
Ia menjawab: “Perusahaan
sekuritas.”
Al-Habib Muhammad
bertanya lagi: “Bergerak di bidang apa?”
Dijawab: “Perusahaan
yang bergerak di bidang jual beli saham, reksadana, valuta asing dll. Bib.”
Al-Habib Muhammad
berkata: “Kamu berhentilah dari pekerjaanmu, nanti kamu sembuh.”
Dengan
keheranan habib ditanya: “Kenapa Bib?”
Al-Habib
Muhammad menjawab: “Ibumu adalah seorang muhibbin, selalu bersemangat
mengikuti majelis ta’lim meski sudah sepuh. Berarti kamu ini orang baik.”
Dengan
keheranan ia berkata: “Saya belum jelas Bib.”
Al-Habib
Muhammad kemudian menjelaskan: “Ibarat kata mobil yang termewah seperti
limosin, seumpama diberi bahan bakar minyak tanah, bisa tidak? Kuat tidak?”
Dengan segera
dijawab: “Ya mesinnya rusak Bib, karena bahan bakarnya tidak baik.”
Al-Habib Muhammad
lantas berkata: “Begitu pulalah manusia, bila manusia itu tergolong orang baik
dia akan senantiasa sakit-sakitan bila ia diberi makan-makanan haram, jasadnya
tidak akan kuat dan cenderung rusak. Tetapi bila dia orang yang tidak baik,
maka dia akan sehat-sehat saja dengan makanan haram. Karena ibarat kompor, dia
akan baik-baik saja meski diberi minyak tanah, karena memang bahan bakarnya
minyak tanah. Sangat berbeda dengan mobil limosin yang butuh bahan bakar baik
untuk menjadikan mesinnya baik-baik saja.”
Teman saya
itupun menjadi faham dan menuruti perintah sang guru.
Atas izin
Allah, setelah ia berhenti dari pekerjaannya, teman itu tidak lagi sakit-sakitan
hingga bertahun-tahun dan sekarang cukup sukses dengan usaha barunya. Dari
kisah nyata ini, kita bisa mengambil hikmah bahwa kalaupun seorang yang curang,
yang korup, yang hobi ngutil harta orang lain, yang kecintaan dunianya melebihi
rasa malunya itu sehat-sehat saja, bukan berarti sehatnya karena nikmat dan ridha
Allah. Akan tetapi bisa jadi hal itu menjadi justifikasi bahwa dia ahli neraka,
orang yang tidak baik. Na’udzu billah min dzalik.
Jadi, bila kita
merasa tidak yakin seratus persen harta yang kita konsumsi halalan thayyiban,
sementara kita senantiasa sehat-sehat saja tanpa pernah sakit, mungkin kita
butuh sedikit curiga, jangan-jangan kita ini termasuk orang yang tida baik?
Kalaupun kita
senantiasa mendapat cobaan, sakit-sakitan, janganlah tergesa berburuk sangka
pada Allah. Karena jangan-jangan kita ini orang baik yang sedang diperingatkan
oleh Allah untuk memperbaiki mutu makanan kita yang kurang halal atau tercampur
dengan harta haram. Wallahu a’lam.
Keterangan foto: al-Habib Muhammad bin Idrus al-Haddad dan al-Habib
Husein
Diedit ulang dari: http://www.sarkub.com/2011/pekerjaan-makanan-halal-sebagai-obat/
Sya’roni As-Samfuriy, Cilangkap Jaktim 18 Desember 2013
0 komentar:
Posting Komentar