Halaman

Minggu, 13 Oktober 2013

WUJUD KECINTAAN TERHADAP ILMU DAN AHLI ILMU




As-Sayyid Muhammad al-Maliki memperlakukan murid-murid beliau layaknya seorang ayah yang penuh perhatian. Cara yang beliau terapkan ini sungguh sangat membantu murid-muridnya dalam belajar dan berkomunikasi. Bahkan dari kecintaan dan kasih sayang beliau, tidak seorang pun murid yang diizinkan atu dibiarkan untuk memanggilnya dengan sebuatan Ustadz atau Syaikh, akan tetapi beliau memerintahkan mereka agar memanggilnya dengan sebuatan Abuya yang berarti ayahku. Agar benar-benar mendekatkan jiwa-jiwa mereka kepada beliau dan menambah keakraban layaknya seoarang ayah dengan anak-anaknya.

Cara pendekatan Abuya al-Maliki sendiri terhadap murid-murid beliau adalah pendekatan seoarang ayah kepada anak-anaknya. Abuya sangat hafal karakter satu persatu dari para murid dan tahu cara menghadapi setiap murid untuk dibimbing sesuai bakatnya masing-masing. Setiap murid tanpa kecuali, pasti merasa paling dekat dengan beliau dan pasti mendapat perhatian penghargaan yang lebih dari beliau sesuai dengan bidang yang ditekuni masing-masing.

Sekalipun demikian, pada saat-saat resmi beliau menerapkan pendekatan seorang mursyid (pendidik dan pembimbing) kepada para pengikutnya dengan penuh wibawa. Dengan demikian tatkala sudah terjun bermasyarakat, maka setiap dari murid-murid beliau mempunyai karakter serta prinsip yang kuat melekat pada diri mereka. Ternyata apa yang dilakukan oleh Abuya as-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki ini sangat berpengaruh kepada anak didiknya bahkan kepada sebagian ulama di Indonesia.

Terbukti, tidak sedikit dari mereka para pengasuh pondok pesantren atau madrasah, yang memerintahkan murid-muridnya agar memanggilnya dengan sebutan Abuya, terinspirasi dari apa yang telah dicontohkan oleh as-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki.

Dan termasuk sekian banyak bukti perhatian dan kasih sayang beliau terhadap murid-muridnya, beliau telah memperkerjakan orang-orang tertentu untuk mengurus keperluan mereka mulai makanan hingga minuman sehingga mereka hanya fokus untuk belajar. Beliau tidak akan memmbiarkan murid-muridnya tersibukkan oleh sesuatu yang menghalangi mereka dan belajar (menuntut ilmu). Tujuan beliau tidak lain agar mereka dapat tenang dan konsentrasi untuk belajar dan tidak terbebani oleh beban kehidupan dan kepayahan di dalamnya.

Beliau sangat senang melihat murid-muridnya mengenakan pakaian yang bagus (baik) bahkan memerintahkannya dan tidak suka bahkan akan marah jika salah satu dari mereka mengenakan pakaian yang tidak layak. Hal ini dilakukan bukan karena ingin mendapat pujian atau karena takabbur (sombong), tetapi untuk menampakkan kemuliaan jiwa dan ‘iffahnya, serta menunjukkan tingginya kedudukan ilmu dan ahli ilmu kepada orang yang memandangnya hina dan remeh.

Pernah suatu kali, seorang murid berangkat ke Masjidil Haram untuk mengikuti dars (halaqah) beliau dengan mengenakan pakaian yang sudah usang atau tidak layak. Ketika beliau melihat murid tadi, beliau menghampiri dan berdiri di hadapannya. Dengan marah lalu disobeklah baju muridnya itu. Kata beliau:Keadaanmu ini seakan telah mengatakan kepada orang lain berikan aku harta.” Kemudian setelah itu beliau segera memberi murid tadi baju yang baru dan baik.

Pernah pada bulan Ramadhan ada seseorang yang ingin menyediakan untuk beliau dan yang bersama beliau makanan buka puasa. Orang tersebut terus mendesak beliau, akhirnya beliau menyetujuinya agar berbuka puasa di Miqat Jiranah.

Setelah tiba di Jiranah orang tersebut meminta kepada beberapa murid as-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki untuk membantu menurunkan makanan dari mobilnya. Rupanya ada salah satu mereka agak teledor atau merasa keberatan sehingga dihardik oleh orang tersebut.

As-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki yang mendengar hardikannya orang tersebut, maka tampaklah marah di raut wajah beliau seraya berkata: “Bagaimana Anda berbuat seperti ini kepada anak-anak kami, padahal mereka adalah penuntut ilmu dan Nabi Muhammad Saw. telah berwasiat dan memerintahkan kita untuk menghormati mereka?

Sungguh Rasullullah Saw. telah bersabda: “Akan datang kepada kalian sekelompok orang yang menunutut ilmu, maka jika kalian melihat mereka, katakanlah: “Selamat datang wahai wasiat Rasullullah Saw.” Lalu ajarilah mereka itu”

Wahai Fulan, jangan sekali-kali Anda mengira bahwa mereka ini butuh kepada makananmu. Ketahuilah bahwa mereka dari keluarga yang terhormat dan mampu di Indonesia. Dan tujuan mereka ke al-Haramain (Makkah dan Madinah) tidak lain adalah untuk menuntut ilmu.

Setelah itu beliau memerintahkan murid-muridnya untuk menaiki mobil itu dan pulang. Setelah kejadian ini orang tersebut merasa malu dan setelah beberapa hari dia menemui as-Sayyid Muhammad dan meminta maaf atas kesalahannya.

Beliau juga sangat perhatiaan terhadap kelanggengan proses belajar murid-muridnya. Beliau akan berusaha agar murid-muridnya tetap belajar dan menimba ilmu agama. Beliau sangat ingkar jika melihat ada diantara mereka merasa berat atau enggan untuk melanjutkan pelajarannya.

Beliau sangat sedih jika mengetahui ada diantara mereka akan berhenti. Bahkan beliau tidak berat akan mengeluarkan uang dan mengirimnya kepada keluarga muridnya, jika dia beralasan ingin pulang karena masalah ekonomi keluarganya. Yang penting si murid menuntut ilmu.

Pernah terjadi salah satu dari mereka meminta izin untuk bekerja di Jeddah. Beliau berkata kepadanya: “Berapa kamu akan mendapat gaji bulanan jika bekerja di Jeddah? Aku siap membayar untuk keperluanmu, tetapi dengan satu syarat kamu tetap di sini dan tetap melanjutkan pelajaranmu.”

Salah satu murid beliau dari kalangan Sadah ‘Alawiyyin datang meminta izin pulang ke negerinya, padahal menurut beliau belum selesai masa belajarnya. Beliau menasehati murid tadi: “Bagaimana kamu jika dibandingkan dengan kakek-kakekmu, mereka adalah ulama yang terkenal dengan keluhuran akhlak dan ketinggian ilmunya. Setiap orang dari mereka adalah gunung dari gunung-gunung ilmu, gunung dari gunung-gunung ketakwaan dan keshalehan.”

Dan dari perhatian beliau yang sangat tinggi kepada murid-muridnya. Beliau memerintahkan mereka agar membentengi diri dengan banyak membaca wirid-wirid dan hizib-hizib yang telah disusun oleh para salafus shaleh agar mereka terlindungi dari gangguan musuh dan siapapun yang berniat jelek terhadap mereka.

Bahkan beliau sendiri telah menyusun sebuah kitab khusus yang berisikan wirid, hizib, doa, dzikir dan shalawat yang biasa diamalkan oleh ulama salaf. Kitab itu diberinya judul Khulashah Syawariq al-Anwar min Ad’iyyah as-Sadah al-Akhyar.

(Disadur dari buku “Karakter Pendidikan Abuya As-Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki” karya KH. Muh. Najih Maimoen PP. Al-Anwar Karangmangu Sarang Rembang Jawa Tengah).

Download buku tersebut dalam bentuk PDF di sini:

Sya’roni As-Samfuriy, Tegal 14 Oktober 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar