Halaman

Selasa, 03 September 2013

ALLAH BAYAR TUNAI SATU SARUNG DENGAN SATU TRUK SARUNG

ALLAH BAYAR TUNAI SATU SARUNG DENGAN SATU TRUK SARUNG

“Kisah Al-Habib Ali Al-Habsyi dan Sarungnya”


Di waktu al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi Kwitang masih hidup dan dalam keadaan sehatnya, beliau senantiasa melaksanakan shalat lima waktu di masjidnya, yang tidak jauh dari kediamannya.

Suatu hari tatkala al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi akan menunaikan shalat Dzuhur berjamaah di masjid, datanglah seorang pengemis yang berpapasan dengan al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi di depan rumah beliau.

“Apa yang bisa saya bantu untuk Anda?” Ujar al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi kepada pengemis itu.

Dijawab oleh pengemis: “Saya butuh sarung.”

“Maaf saya belum punya yang baru, bagaimana kalau minta yang lainnya?” iba al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi pada waktu itu.

Kata si pengemis: “Tidak. Saya hanya mau sarung! Dan sarungnya yang engkau pakai ya Habib!”

“Tidakkah bisa minta yang lainnya? Karena saya ingin segera ke masjid. Bersediakah yang lainnya saja?” Begitu al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi menimpali.

Lalu si pengemis itu berkata: “Katanya engkau seorang habib, katanya kau Ali Habsyi, mana Ali Habsyi yang saya dengar?”

Mendengar yang demikian itu kemudian al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi berkta kepada pengemis: “Tunggulah sebentar saya ke dalam dulu.”

Dengan bergegas al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi masuk ke dalam rumahnya untuk menemui istrinya. Lalu beliau bertanya pada sang istri: “Wahai istriku, apa masih ada sarung di lemari?”

“Tidak ada ya Abah. Sarungnya lagi dicuci, baru saja saya jemur.” Sahut sang istri.

“Ada juga sarung buat saya pakai sehari-hari.” Tambah sang istri menjawab.

Lalu al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi berkata lagi pada istrinya: “Sudah ambilkan saja sarungmu buat kupakai untuk sembahyang.”

Beranjak sang istri mengambil sarungnya di lemari untuk diserahkan pada sang suami, sambil penuh tanya: “Ya Abah ini gak salah? Ini sarung buat wanita, beda kan sarung buat lelaki dan wanita? Dan yang Abah pakai bukannya masih bersih?”

Dijawab oleh al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi: “Iya, ini sarung yang saya kenakan ternyata ada peminatnya, jadi harus segera kuserahkan. Dan sarungmu ini biar sementara saya kenakan buat sembahyang.”

Setelah rapi melipat dan membungkus kainsarungnya, al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi bergegas memberikannya kepada pengemis itu seraya berkata: “Ini sarungnya semoga manfaat.”

Kemuduian dijawab oleh si pengemis: “Ini baru Ali Habsyi. Semoga Allah berikan yang berlipat.”

Lalu pengemis itu pamit kepada al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi untuk undur diri. Akhirnya al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi pun menuju ke masjid dengan mengenakan sarung khusus wanita bermotif kembang-kembang namun tertutup oleh jubahnya, hingga orangpun tidak memperhatikannya.

Setelah selesai memimpin shalat, al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi beranjak menuju ke rumahnya. Sesampainya di depan rumah, al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi mendapati satu buah mobil truk besar sedang menurunkan beratus-ratus sarung. Lalu al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi pun bertanya-tanya: “Ini punya siapa?” 

Dijawab oleh sopir mobil truk itu: “Ini hadiah sarung dari Surabaya untuk al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi di Kwitang.”

Mendengar jawaban dari sopir tadi al-Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi hanya bisa berucap: “Allah telah berikan kontan.”


Sya’roni As-Samfuriy, 02 September 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar