BERBINCANG
TENTANG GUS DUR
“Jikalau
Benar Gus Dur Antek Yahudi...”
Lha jika Gus Dur itu antek Amerika atau agen Yahudi,
kok Gus Dur tetep “kere” ya? Gus Dur, saya salut dengan ke-“biasa”-an
panjenengan. Lha, kalau panjenengan kerso, Pesantren Ciganjur tentu bisa
dibangun lebih megah. Kalau panjenengan memperkaya diri, tentu tidak sampai
pinjam uang ke salah satu putri panjenengan, beberapa bulan sebelum panjenengan
kundur dateng ngarsanipun Gusti.
Seandainya kerso perkawis nduyo, panjenengan tentu
memilih jadi antek Wahhabi. Lumayan, rutin dapat donasi, kafala, atau “ihsan”.
Seandainya berkenan, tentu banjir darah perang saudara atas nama “konstitusi”, “agama”,
dlsb, bisa dipakai dalih mempertahakan kekuasaan panjenengan. Tapi, sudahlah,
panjenengan memang mengajarkan kesederhanaan, kejujuran, kolektivitas
berbangsa, berpikir visioner, dan... Percaya Diri di hadapan siapapun, kecuali
kepada Ibunda dan para guru!
Ah, panjenengan Gus, telah mendidik kami, para santri
kenthir ini, agar tidak Kagetan dengan metode membaca apapun, berguru pada
siapapun, dan bergaul dengan manusia tanpa sekat jenis apapun!
Oalah Guuus Gus,
panjenengan niku lho, ketua PBNU, ketua Fordem, Presiden WCRP, peraih gelar
doktor kehormatan dari puluhan universitas luar negeri, penulis, pembicara, dan
presiden RI! Kok tetep kere to Gusss, Gusss...
Saat jadi Presiden,
mbok ya pondoknya
dibangun yang megah, rumahnya dipermewah, mbantu dana ke Tebuireng, anaknya
dikasih mobil mewah, menantu dan orang dekat diberi saham di perusahaan, terus,
itu lo Guuus, mbok ya pakaiannya yang gagah, yang mahal, impor, masak tokoh
kelas dunia kok pakai sarung sama baju murah...
Ah, Presiden kok
kere sih Guuus.
Kiai kok nggak mbangun pondoknya biar megah to Guuus.
Pripun to, lha njenengan itu kata orang-orang kan
dekat dengan Yahudi? Mana ada antek Yahudi kere...
Ah, lha wong
njenengan itu pemimpin NU, punya pengikut fanatik, kok malah nggak mau
memanfaatkan mereka untuk memperkaya diri sih gus. Tinggal jual tanda tangan
kan panjenengan bisa meraup puluhan milyar...
Oalah Guuus Guus,
panjenengan niku lho, Ketua PBNU, Ketua Fordem, Presiden WCRP, peraih gelar
doktor kehormatan dari puluhan universitas luar negeri, dekat dengan tokoh
lintas agama, punya akses ke para taipan, penulis, pembicara, dan
akhirnya....Presiden RI!!! kok tetep KERE to Gusss, Gussss....
Saat jadi presiden,
mbok ya pondoknya dibangun yang megah, rumahnya dipermewah, membantu dana ke
Tebuireng, anak-anaknya dikasih
mobil mewah, menantu dan orang dekat diberi saham di perusahaan ini itu, terus,
itu lo Guuuus, mbok ya pakaiannya yang gagah, yang mahal, impor, masak tokoh
kelas dunia kok pakai sarung sama baju murah kelas kaki lima...
Ah,
presiden RI kok kere sih Guuus! Panjenengan itu kiai, kok nggak mbangun
pondoknya biar megah to Guuus...
Pripun
to, lha njenengan itu kata orang-orang kan dekat dengan Yahudi? Mana ada antek
Yahudi kere...
Pripun
to gus, katanya panjenengan dekat dengan AIPAC alias Lobi Yahudi di AS? Mbok ya
bikin proposal proyek apalah namanya, biar NU tambah kaya dan njenengan tambah
tokcerrrr. Ya sesekali tirulah cara Pak Harto, Gussss...
Panjenengan
itu kan dituduh Antek Paman Sam, lha baru beberapa hari jadi presiden kok NGGAK
sowan ke Bill Clinton? Malah ke China, India, sama Rusia. Lanjut ke Timur
Tengah, lalu Eropa, kemudian baru ke AS. Hmmm, lha setelah itu kok ke Kuba,
ngakak bareng Fidel Castro, kemudian kongkow sama Hugo Chavez di Venezuela. Ini
kan dua sosok yang dibenci Amrik! Wooooo, apa panjenengan antek AS yang berkhianat
sama Paman Sam ya Guuus....???
Lhoooo
malah ke Palestina, rangkulan mesra sama Yasser Arafat? Panjenengan sios dados
agen Yahudi Israel nopo mboten sih Guuus?
Ealah,
panjenengan itu kan Liberal, iya kan? Kata orang-orang itu lo gusss. Masak sih
liberal kok hobinya silaturrahim ke para ulama. Liberal kok gemar ziarah makam
auliya’. Liberal kok saat di mobil tadarus al-Quran sendiri. Liberal cap apa
sih gus, panjenengan itu?
Lho,
panjenengan pendiri PKB, kan? Saat berkuasa, mbok ya menjadikan PKB sebaga
gurita politik sebagaimana Pak Harto menjadikan Golkar sebagai gurita sadis.
Kok ya nggak mikir sih Gus, orang politik macam apa sih, panjenengan itu?
Walah,
walah, lha wong panjenengan sudah “klik” sama seniman dan orang-orang
perfilman, kok ya nggak memanfaatkan mereka bikin film tentang kakek panjenengan,
tentang perjuangan santri, bahkan tentang diri panjenengan? Kan, enak to Gus…
Ah,
lha wong panjenengan itu pemimpin NU, punya pengikut fanatik, punya sobat
kental pengusaha, kok malah nggak mau memanfaatkan mereka untuk memperkaya diri
sih Gus. Tinggal jual tanda tangan kan panjenengan bisa meraup puluhan milyar.
Kasih rekomendasi ke tokoh A atau B, biar nanti dikasih amplop tebal, kan
lumayan buat uang jajan Parikesit, cucu panjenengan yang energik itu....
Pemimpin
macam apa sih panjenengan itu. Sudah punya koneksi banyak, punya ratusan ribu “milisi”
fanatik yang dengan komando panjenengan siap berperang, kok malah tiba-tiba
dengan memamai celana kolor dan berkaos keluar dari istana; menyuruh mereka
menahan diri, memerintahkan mereka balik ke kampung halaman, dan meminta para
pengikut menahan diri agar darah tak tumpah di bumi pertiwi. Malah panjenengan
akhirnya “rela dimundurkan” dari jabatan. Pemimpin kok nggak heroik
mengkultuskan kekuasaan, to Gus....?
Pemimpin
macam apa; nggak punya dompet, sering bingung menjawab saat anak-anak
panjenengan minta uang, dikasih uang panjenengan terima tapi langsung
panjenengan berikan kepada siapapun yang meminta/butuh bahkan tanpa panjenengan
tahu nominal di dalamnya. Pemimpin umat kok memakai prinsip “kantong bolong”
kayak Semar to gus, ya nggak bakal kaya....
Apa
betul panjenengan itu Komunis, gara-gara merangkul eks-Tapol PKI? Lha Komunis
macam apa yang hampir hafal kitab al-Hikam? bahkan memberi syarah melalui lisan
saat ngaji di Pesantren Ciganjur. Komunis macam apa panjenengan itu?
Katanya,
juga, panjenengan itu antek Syi’ah gara-gara dekat Iran? Apa panjenengan juga
bakal dituduh antek Afrika, antek Negro, saat dekat dengan Nelson Mandela,
Gusss?
Ohya, foto panjenengan sama Paus Paulus Yohannes II di Vatikan, itu kan bukti panjenengan dekat dengan kaum Salibis (ini istilah saya pinjam dari “orang-orang tertentu”)? Sesekali, dulu, seandainya sempat, panjenengan sebagai presiden pun bisa foto bareng sama Brad Pitt, Sylvester Stallone, Zenedine Zidane atau Marcello Lippi sekalian, supaya tuduhannya terasa lengkap: antek Hollywood, antek FIFA, agen Italia. Jika tuduhannya masih kurang lengkap, panjenengan kan bisa berpose sejenak di depan toko elpiji, biar sekalian dituduh AGEN ELPIJI. Nopo ngoten, gus?
Ohya, foto panjenengan sama Paus Paulus Yohannes II di Vatikan, itu kan bukti panjenengan dekat dengan kaum Salibis (ini istilah saya pinjam dari “orang-orang tertentu”)? Sesekali, dulu, seandainya sempat, panjenengan sebagai presiden pun bisa foto bareng sama Brad Pitt, Sylvester Stallone, Zenedine Zidane atau Marcello Lippi sekalian, supaya tuduhannya terasa lengkap: antek Hollywood, antek FIFA, agen Italia. Jika tuduhannya masih kurang lengkap, panjenengan kan bisa berpose sejenak di depan toko elpiji, biar sekalian dituduh AGEN ELPIJI. Nopo ngoten, gus?
Tapi... Ah,
sudahlah, njenengan memang emboh Guuus... Guuus..
Duh, kangen panjenengan Gus...
Recomended:
Ngapunten, kita akan “ngeh” dan sedikit “paham”
mengenai berbagai strategi cantik Gus Dur, diantaranya dengan cara mengunyah
buku “48 Hukum Kekuasaan” & “33 Strategi Perang” karya Robert Greene dan “The
Swordless Samurai” karya Kitami Masao. Lahul Fatihah...
Zainal Wong Wongan: “Pertanyaannya sederhana saja; kekayaan apa yang dimiliki atau didapat
oleh Bung Karno dan Gus Dur selama menjadi presiden atau setelahnya? Dan
Kekayaan apa saja yang didapat atau dimiliki oleh presiden selainnya selama
menjadi presiden atau setelahnya?”
Ghozi
Anshor: “Gus Dur gak mengikuti tren terkini. Banyak kyai
dan gus yang meraup uang dalam Pilkada. Mobil mereka gak ada yang di bawah 100
juta. Saya teringat kasus SDSB yang jatuh pada tahun 1994
lalu. Setelah Gus Dur tanda tangan terima sumbangan 50 juta untuk pembangunan
kantor PBNU. Padahal sebelumnya, tak kurang-kurang fatwa haram dari kyai dan
ustadz, toh tak ada yang mempan. Dan ternyata uang 50 juta itu masih utuh dalam
amplop, yang kemudian dikembalikan lagi ke Mensos. Beliau mau dan berani pasang
badan untuk kemaslahatan umum.”
Silakan
tambahi sendiri...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar