Home » » BAB 9; MENGAMBIL KEBERKAHAN ATAS JIMAT ATAU TULISAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN

BAB 9; MENGAMBIL KEBERKAHAN ATAS JIMAT ATAU TULISAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN

Written By MuslimMN on Jumat, 21 September 2012 | 10.49

BAB 9; MENGAMBIL KEBERKAHAN ATAS JIMAT ATAU TULISAN AYAT-AYAT AL-QUR’AN


Pernyataan Abdullah bin Baz bahwa Memakai Jimat atau Tulisan Ayat-ayat Al-Quran untuk Mengambil Keberkahannya adalah Syirik:

Sebagaimana wajibnya merealisasikan tauhid serta memenuhi syarat-syarat kalimat “Laa illaaha illa Allah” kita juga mesti takut dan berhati-hati terhadap segala bentuk syirik, pintu-pintu dan tempat-tampat masuknya, baik itu yang kecil maupun yang besar. Karena sesungguhnya sebesar-besar kedzaliman adalah syirik. Allah Ta’ala mau mengampuni semua dosa hambaNya, kecuali (dosa) syirik. Dan barangsiapa yang terjerumus ke dalamnya, Allah haramkan baginya surga dan tempat kembalinya adalah neraka. Allah ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya.” (QS. an-Nisaa ayat 48).
Dan berikut di bawah ini akan kita kemukakan beberapa hal yang bertentangan atau dapat merusak tauhid, sebagaimana yang disebutkan oleh para ulama, agar anda berhati-hati terhadapnya:
1.    Memakai penangkal dengan tujuan menolak bala atau menghilangkannya, seperti kalung dan benang, baik yang terbuat dari kuningan, tembaga, besi ataupun kulit. Perbuatan seperti ini syirik.
2.    Mantera-mantera bid’ah dan j imat-jimat. Mantera-mantera bid’ah ialah yang mengandung rumus-rumus dan kata-kata yang tidak dapat dipahami meminta bantuan jin untuk mengenai penyakit atau melepaskan sihir (guna-guna). Atau memakai jimat-jimat, yaitu yang biasa dipakaikan kepada manusia atau hewan berupa benang atau ikatan, baik yang bertuliskan ungkapan (do’a) bid’ah yang tidak terdapat dalam al-Quran dan sunnah, maupun (doa-doa) yang terdapat dalam keduanya menurut pendapat yang shahih karena hal ini dapat menjadi sarana menuju perbuatan syirik. Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya jampi-jampian, jimat-jimat dan pelet (guna-guna) adalah syirik.“ (HR. Ahmad dan Abu Daud).
Dan termasuk dalam hal ini adalah meletakkan mushaf (al-Quran) atau menggantungkan kertas, sekeping tembaga atau besi yang bertulisan Lafdzul Jalalah (nama Allah) atau ayat kursi di dalam mobil, dengan keyakinan bahwa (tindakan) itu dapat menjaganya dari segala yang tidak diinginkan, seperti penyakit ‘Ain (yang disebabkan oleh pandangan jahat) dan seumpamanya. Demikian juga halnya, meletakkan sesuatu berbentuk telapak tangan atau lukisan, yang di dalamnya terdapat gambar mata dengan keyakinan bahwa ini juga dapat mencegah penyakit ‘Ain. Rasulullah Saw. bersabda: Barangsiapa yang menggantungkan sesuatu (jimat) dia akan diserahkan (urusannya) kepada jimat tersebut.” (HR. Ahmad, Tirmidziy dan al-Hakim).


Tanggapan Al-Habib Mundzir Al-Musawa Mengenai Memakai Jimat atau Tulisan Ayat-ayat Al-Quran untuk Mengambil Keberkahannya adalah Syirik:

Banyak orang yang keliru memahami makna hakikat tabarruk dengan Nabi Muhammad Saw., peninggalan-peninggalannya, ahlul baitnya dan para pewarisnya yakni para ulama, para kyai dan para wali. Karena hakekat yang belum mereka pahami, mereka berani menilai kafir (sesat) atau musyrik terhadap mereka yang bertabarruk pada Nabi Saw. atau ulama. Sebagaimana firman Allah Swt.: “Berkatalah Nabi mereka pada mereka, bahwa bukti bahwa ia diberi kekuasaan adalah peti yang di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhan kalian, dan bekas-bekas peninggalan keluarga Musa (As.) dan keluarga Harun (As.) yang dibawakan oleh malaikat, sungguh pada hal itu terdapat tanda-tanda jika kalian benar-benar beriman.” (QS. al-Baqarah ayat 248).
Maka azimat (ruqyat) dengan huruf arab merupakan hal yang diperbolehkan, selama itu tidak menduakan Allah Swt. Sebagaimana dijelaskan bahwa azimat dengan tulisan ayat atau doa disebutkan pada kitab Faidh al-Qadir juz 3 halaman 192, dan Tafsir Imam Qurthubiy juz 10 halaman 316-317, dan masih banyak lagi penjelasan para muhadditsin mengenai diperbolehkannya hal tersebut, karena itu semata-mata adalah bertabarruk (mengambil berkah) dari ayat-ayat al-Qur’an.
Mengenai benda-benda keramat, maka ini perlu penjelasan yang sejelas-jelasnya, bahwa benda-benda keramat itu tak bisa membawa manfaat atau mudharat, namun mungkin saja digunakan tabarrukan (mengambil berkah) dari pemiliknya dahulu, misalnya ia seorang yang shalih, maka sebagaimana diriwayatkan:
·         Setelah Rasul Saw. wafat maka Asma binti Abu Bakar ash-Shiddiq Ra. menjadikan baju beliau Saw. sebagai pengobatan, bila ada yang sakit maka ia mencelupkan baju Rasul Saw. itu di air, lalu air itu diminumkan pada orang yang sakit. (Shahih Muslim hadits no. 2069).
·         Diriwayatkan ketika Rasul Saw. baru saja mendapat hadiah selendang pakaian bagus dari seorang wanita tua, lalu datang pula orang lain yang segera memintanya selagi pakaian itu dipakai oleh Rasul Saw., maka riuhlah para sahabat lainnya menegur si peminta, maka sahabat itu berkata: “Aku memintanya karena mengharapkan keberkahannya ketika dipakai oleh Nabi Saw. dan kuinginkan untuk kafanku nanti.” (Shahih Bukhari hadits no. 5689). Demikian cintanya para sahabat pada Nabinya Saw., sampai kain kafan pun mereka ingin yang bekas sentuhan tubuh Nabi Muhammad Saw.
·         Riwayat lain ketika dikatakan pada Ubaidah Ra. bahwa kami memiliki rambut Rasul Saw., maka ia berkata: “Kalau aku memiliki sehelai rambut beliau Saw., maka itu lebih berharga bagiku dari dunia dan segala isinya.” (Shahih Bukhari hadits no. 168). Demikianlah mulianya sehelai rambut Nabi Saw. di mata sahabat, lebih agung dari dunia dan segala isinya.
·         Diriwayatkan ketika Anas bin Malik Ra. Dalam detik-detik sakaratul maut ia yang memang telah menyimpan sebuah botol berisi keringat Rasul Saw. dan beberapa helai rambut Rasul Saw., maka ketika ia hampir wafat ia berwasiat agar botol itu disertakan bersamanya dalam kafan dan hanutnya (Shahih Bukhari hadits no. 5925).
Dan berikut di bawah ini akan kita kemukakan beberapa hal yang bertentangan atau dapat merusak tauhid, sebagaimana yang disebutkan oleh para ulama, agar anda berhati-hati terhadapnya. Sebagaimana sabda Nabi Saw.: “Keberkahan adalah pada orang orang tua dan ulama kalian.” (Shahih Ibn Hibban hadits no. 559). Telah dibuktikan pula secara ilmiah oleh salah seorang Professor Jepang, bahwa air itu berubah wujud bentuknya dengan hanya diucapkan padanya kalimat-kalimat tertentu, bila ucapan itu berupa cinta, terimakasih dan ucapan-ucapan indah lainnya maka air itu berubah wujudnya menjadi semakin indah, bila diperdengarkan ucapan cacian dan buruk maka air itu berubah menjadi buruk wujud bentuknya. Dan bila dituliskan padanya tulisan mulia dan indah seperti terimakasih, syair cinta dan tulisan indah lainnya maka ia menjadi semakin indah wujudnya, bila dituliskan padanya ucapan caci-maki dan ucapan buruk lainnya maka ia berubah buruk wujudnya, kesimpulannya bahwa air itu berubah dengan perubahan emosi orang yang di dekatnya, apakah berupa tulisan dan perkataan.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Meningkatkan Cinta Kita pada Sang Nabi
Copyright © 2011. PUSTAKA MUHIBBIN - Web Para Pecinta - All Rights Reserved
PROUDLY POWERED BY IT ASWAJA DEVELOPER
Themes by Maskolis.com | Published by Mas Template