Halaman

Kamis, 15 Oktober 2015

Pesan Muharram Habib Luthfi, Spirit Hijrah Nabi oleh Para Wali


"Walisongo mampir ke India dari Timur Tengah karena India pusat Hindu-Budha. Walisongo mempelajari suatu adaptasi, manajemen dan strategi agar ketika di Nusantara, yang saat itu mayoritas Hindu dan Budha, masuk Islam tanpa adanya gesekan-gesekan. Seperti yang dipraktekkan Sunan Kudus dengan akhlaknya dan menjaga perasaan warga Kudus tidak menyembelih sapi yang dikeramatkan Hindu ketika Idul Adha. Sehingga Ki Ageng Pancowati memberikan keratonnya yang lantas dijadikan Masjid Agung Kudus." Tutur Habib Luthfi bin Yahya dalam ceramahnya acara Peringatan 1 Muharram di Pendopo Kab. Tegal, Selasa malam Rabu (13/10).

Habib Luthfi menceritakan saat masih kecil, rata-rata anak kecil waktu itu hafal kisah Mahabarata mulai dari keturunan Arabnya, Jawanya, Indianya, yang di dalamnya menjelaskan budi pekerti. Di dalam Mahabarata ada 3 tokoh wayang; Krisno, Werkudoro, Semar, yang semua kulitnya dibuat hitam oleh Sunan Kalijogo. Filosofinya, hitam tidak bisa terkontaminasi oleh warna lain, ia mempunyai jati diri, harga diri, kehormatan diri.

Krisno mempunyai senjata cupu manik, yaitu tidak memperebutkan kekuasaan namun menata, bertirakat mempersiapkan dirinya menjadi sang noto, ketika sudah menjadi sang noto ia belajar lagi menjadi biar mandito. Ilmunya umara dan ulama dipersatukan seperti yang dikatakan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani: "Kalau terjun ke masyarakat punyailah 3 ilmu yaitu ilmu ulama, hikmah hukama dan siyasah muluk."

Senjatanya lagi kembang wijoyo; tau, tanggap dan mengerti mana daerah yang subur dan tidak. Menyuburkan tanah agar melimpah hasil buminya dan memasarkannya. Cokro, salah satu senjatanya lagi, bisa mengatasi masalah yang tidak menggunakan emosi. Sehingga bisa menjaga wibawa dan tidak direndahkan oleh bangsa lain.

Wayang selanjutnya Werkudoro (Bima), tulang punggung bangsa seperti ulama, TNI, Polri, yang melahirkan 3 tokoh yaitu Gatot Kaca yang terkenal bisa terbang melihat perang dari atas yang berarti ia ahli antariksa, astronomi dan perhubungan udara. Yang kedua adalah Ontorejo, yang bisa masuk ke dalam tanah yang berarti ia ahli pertambangan, geologi, vulkanologi, pertanian dan atau apa saja kekayaan yang terkandung di dalam bumi pertiwi. Yang terakhir ahli kelautan, Ontoseno.

Semar, ia gendut, bagian terpenting, yang berarti menyediakan makanan dengan mempersiapkan lumbung-lumbung agar rakyatnya sejahtera, memberikan kas kepada pemerintahnya dan pemerintah menjadi partner yang baik bagi masyarakat.

Inilah salah satu pemikiran Sunan Kalijogo yang orisinil dan jauh ke depan, yang mana sebetulnya tidak ada cerita demikian dalam Mahabarata versi aslinya. Inipun diambil dari spirit hijrahnya Nabi Saw. yang diejawantahkan. Mari hijrah dari bodoh ke pintar, dari kering ke basah, dari tidak sadar ke sadar, dari tidak merasa mempunyai Indonesia menjadi merasa mempunyai Indonesia.

Acara tersebut juga dihadiri oleh KH. A. Mustafa Bisri atau Gus Mus, para ulama dan habaib se-Kab. Tegal, Ki Enthus Susmono (Bupati Tegal) beserta wakilnya, TNI, Polri, dan seluruh elemen masyarakat yang didominasi oleh para pemuda. (Disarikan dari catatan Gus Ahmad Hasby Faqih El-yamani).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar