Diceritakan dari
Kyai Sanusi Lebaksiu Tegal (1938-2001), pamandaku dari jalur ayah, bahwa Kyai Tahmid Jagalampeni Brebes adalah teman sepondoknya tatkala mesantren di Hadhratus
Syaikh KH. M. Hasyim Asy’ari Tebuireng. Waktu itu Gus Dur masih kecil, bahkan
beliau sering melihatnya telanjang sebagaimana umumnya usia kanak-kanak.
Suatu ketika
Mbah Hasyim memanggil santrinya yang bernama Tahmid itu. Beliau meminta bantuan
untuk suatu hal kepadanya. Namun tiba-tiba Mbah Hasyim bertanya: “Sudah
shalat Mid?”
Sudah menjadi sifatnya
santri sangat menurut apa kata dan perintah gurunya, begitu pun dengan Tahmid. Ia
sangat takut jika sampai menunda-nunda perintah sang guru. Meski belum shalat,
demi melaksanakan tugas sang guru ia pun menjawab: “Sudah Kyai.” Tapi
dalam hatinya tetap berkata “belum shalat”, biarlah melaksanakan perintah guru dulu
dan shalatnya setelahnya.
Tapi apa
dikata, Mbah Hasyim yang memiliki mata batin tajam menimpalinya: “Sana
shalat dulu Mid.”
Mendengar
jawaban Mbah Hasyim, Tahmid gemetaran ketakutan. Keringat dinginnya mengucur.
Tanpa pikir panjang ia pun langsung undur diri lalu melaksanakan shalat. Hanya
karena pernah berbohong satu kali saja yang seperti itu, rasa takut Tahmid selalu
ada hingga dirinya menjadi kyai sekalipun. Begitu mengingat kisah tersebut tubuhnya
pasti gemetar ketakutan.
Begitulah para
ulama kita, sangat merasa berdosa dengan kesalahan yang kecil. Sedangkan kita kadang
tak perduli meski dengan kesalahan yang besar dan seringkali menyepelekan kesalahan
yang kecil. Akhirnya dosa yang sudah bertumpuk semakin menumpuk. Nastaghfirullah.
Mbah Hasyim (w. 1947), Kyai Sanusi (w. 2001) dan Kyai Tahmid kini telah tiada.
Semoga ketiganya dikumpulkan bersama dalam naungan ridhaNya, Aamiin.
Sya’roni As-Samfuriy, 11 Oktober 2014 dari Kaki (Paman) Ridhwan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar