1.
Habib Seggaf Mengajak Pendeta
Hindu Masuk Masjid, Akhirnya Meraih Hidayah
Dahulu
pernah ada seorang pendeta Hindu dari India datang ke tempat Habib Seggaf bin
Mahdi BSA di Parung Bogor. Setelah ngobrol-ngobrol lalu oleh beliau diajak ke masjid. Mendengar ajakan Habib Seggaf untuk
ikut ke masjid, pendeta itu terkejut dan berkata: “Saya ini orang kafir
(kata orang Islam) dan sejak muda hingga umur 80 tahun sekarang ini tidak ada
satupun orang Islam yang mengajak saya masuk masjid.”
Habib
Seggaf berkata: “Ya, sekarang saya yang ajak kamu.”
Lalu
si pendeta pun mau diajak ke masjid. Ketika sampai depan masjid pendeta itu berkata:
“Apa yang menyebabkan kamu mengajak saya masuk ke dalam masjid?”
“Sebab
kamu disayang Allah”, jawab Habib Seggaf.
Pendeta
tambah bingung, lalu bertanya: “Hah, saya disayang Allah? Apa buktinya?”
“Buktinya
kamu tetap dijadikan manusia. Jika Allah tidak sayang sama kamu mungkin
sekarang kamu sudah dikutuk jadi anjing atau babi,” kata Habib.
Pendeta
itu langsung sujud di depan masjid (di tanah, bukan di ubin) dan berkata bahwa dia
ingin masuk agama Islam. “Hati saya seperti dihantam pakai palu mendengar perkataan
Anda,” kata si pendeta kepada Habib Seggaf. Akhirnya sang pendeta itu pun bersyahadat
memeluk agama Islam.
2.
Habib Seggaf
dan Teman Hindu
Ketika Idul
Adha, Habib Seggaf bin Mahdi nyembelih sapi untuk kurban. Ketika menyembelih
beliau menelfon temannya yang beragama Hindu dan mengundangnya untuk melihat
prosesi penyembelihan sapi di rumahnya. “Teman, sekarang saya sedang menyembelih
sapi, saya undang kamu untuk datang ke tempat saya.”
Temannya
itu menjawab: “Aduh Pak Habib, di agama saya tidak boleh menyembelih sapi.”
Habib Seggaf
kemudian berkata: “Kalau makan dagingnya, boleh?”
Dijawab:
“Boleh.”
Habib Seggaf
berkata: “Bagaimana bisa dimakan dagingnya jika tidak disembelih?”
Lalu temannya
itu menjawab: “Ya itulah Pak Habib, saya juga bingung sama agama saya.”
Habib Seggaf
cuma bisa ngikik, sambil bilang ke putranya yang bernama Habib Muhammad: “Lihat
Muhammad, dia sudah mulai mencong-mencong.”
“Jadikan
sahabat, hilangkan keyakinan yang salah dari apa yang dia yakini. Tunjukkan kebenaran
dan buktikan kebenaran yang kita yakini itu benar,” pungkas
Habib Mumu Bsa mengakhiri
kisahnya.
Sya’roni
As-Samfuriy, Tegal 12 Agustus 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar