·
Senin 03
Februari 2014
Nikah Masal dalam Rangkaian Maulid Kanzus
Shalawat
Nikah masal
merupakan salah satu agenda tahunan yang masuk kedalam rangkaian acara Maulid
Kanzus Shalawat, sudah berjalan semenjak Habib Luthfi bin Yahya mengadakan
Maulid. Pada tahun ini diadakan pada Senin 03 Februari 2014. Pada acara nikah
masal kali ini diikuti oleh 15 Pasangan. Nikah masal dilaksanakan di Gedung
Kanzus Shalawat, peserta berasal dari Pekalongan dan sekitarnya. Setelah
mengikuti nikahan mereka langsung mendapat buku nikah.
“Dalam
rangkaian maulid saya tidak mengadakan khitan masal, karena khitan itu wajib
kan menurut Imam Syafi’i dan Maliki. Imam Hanafi mewajibkan khitan kalau tidak
bisa menjaga kesuciannya. Kalau nikah kan
wajib, daripada kita mendiamkan kumpul kebo, menolong orang yang sudah
nikah siri tapi tidak mampu nikah resmi. Dan dengan ini kita membantu untuk
akte anak mereka yang menjadi syarat untuk sekolah dan lain sebagainya, dan
alasan lainnya.”
Demikian Habib Lutfi bin Yahya menjelaskan.
·
Selasa 04
Februari 2014
Meskipun dari
pagi hujan turun, tidak mengurangi antusias ulama dan para prajurit TNI-Polri
hadir dalam silaturahim yang diselenggarakan oleh Habib Muhammad Lutfi bin
Yahya. Pukul 11.00 Habib Lutfi sampai ke lokasi acara, yang bertempat di
Ballroom Hotel Grand Mandari Pekalongan. Habib Lutfi beramah tamah dengan Jenderal
Polisi Sutarman dan kemudian dilanjut makan siang bersama Panglima TNI Jenderal
Muldoko yang tiba pada pukul 12.10 siang.
Seperti
disampaikan Habib Lutfi di kediamannya, acara ini diselenggarakan tiada lain
adalah agar ada kesepahaman antara TNI-POLRI dan ulama tentang pentingnya
menjaga keutuhan NKRI. Dengan bersatunya tiga elemen ini maka bangsa ini akan
kuat. Kesepahaman-kesepahaman ini perlu terus dibangun, dan JATMAN sebagai
organisasi Thariqah siap mengawal NKRI harga mati.
Acara ini
dihadiri oleh 1700 peserta, 300 prajurit TNI, 300 anggota POLRI dan 1100
peserta lainnya adalah ulama dari seluruh Indonesia. Acara yang dimulai pukul 9
ini berakhir pukul 14.45, karena Habib Lutfi beserta Panglima TNI dan Kapolri
menyambut kedatangan Presiden RI Bpk. Dr. Soesilo Bambang Yudoyono yang tiba
pada pukul 15.00 di statsion Pekalongan.
Sambutan Kapolri Sutarman
Jenderal Polisi
Sutarman menjadi narasumber pertama pada acara ‘Silaturahim TNI/Polri dan Ulama
se-Indonesia’. Jenderal yang oleh Habib M. Lutfi bin Yahya disebut Kiai ini
dengan fasih mengutip ayat al-Quran dan hadits dengan fasih. Dalam pidatonya
Kapolri mengatakan:
“Kebinekaan
adalah wahana dan anugrah yang harus kita syukuri. Karena kita hidup tak
mungkin tanpa adanya perbedaan. Kita harus bersatu padu membagun bangsa ini.
Sebagaimana dalam al-Quran disebutkan bahwa Nabi adalah ‘uswah hasanah’;
teladan yang baik, dan dalam hadits disebutkan bahwa Nabi diutus untuk
menyempurnakan akhlak.
Maka kalau kita
mengaku umat Nabi Saw., selayaknya kita meniru hasanah yang dicontohkan Nabi
Saw. Mari kita beribadah sesuai dengan profesi kita masing-masing, guru dan
ulama maka sampaikanlah ajaran dengan kelembutan, dan TNI/Polri menjaga
persatuan dan kesatuan. Maka kita tidak akan terpecah-belah. Kondisi ini sangat
memprihatinkan pasca reformasi, kebebasan yang dilindungi undag-undang
disalahgunakan untuk mencapai keinginan mereka dengan cara yang salah dengan
menggunakan kekerasan.”
Kapolri juga
menyoroti fenomena Islam radikal, menurutnya pemahaman sekelomok umat Islam ini
perlu diluruskan, dan ini menjadi tanggung ulama untuk meluruskan pemahaman
mereka. “ada kelompok Islam menganggap Polisi thagut karena tidak mengikuti
ajaran mereka, dan masjid di bom karena yang membangunnya adalah polisi, ini
pemahaman-pemahaman keliru”. Demikian sekilas yang disampaikan oleh Kapolri.
Sambutan Jendral TNI Moeldoko
Jenderal
Moeldoko dalam sambutannya membacakan biografi singkat Habib Lutfi bin Yahya,
diantara yang dibaca adalah: “Habib Lutfi menguasai ilmu kedokteran kuno
dan mampu mengaransmen music dan mengarang laku genre kontemporer. Ini Habib
Lutfi ini tak menyisakan profesi buat yang lain, habis semua sama beliau.
Semua negara
kaya di dunia bergejolak, dan Indonesia adalah negara kaya yang sejak abad ke
15 akhir sudah diperemputkan oleh Potugis, bahkan jauh sebelumnya oleh Cina dan
Kerajaan Sriwijaya. Ini menurutnya harus menjadi perhatian bangsa Indonesia
semua. Hal lain adalah soal ‘isme’ termasuk idiologi ekonomi yang dipakai oleh
Indonesia. Indonesia sebelumnya menganut Liberalisme ekonomi, kemudian Neo
Liberalisme, dan sekang ekonomi kerakyatan.
Yang membuat
Negara kuat sebenarnya bukan isme-isme itu melainkan ketahanan bangsa kita,
termasuk ketahanan pangan. Ketahanan pangan itu dengan cara kedaulatan pangan.
Jenderal Moeldoko menyangkan banyak sarjana pertanian yang kemudian memilih
kerja di Bank, dan perkantoran. Tetu hal-hal semacam ini harus diperhatikan. Agar
mandiri dalam berbagai komoditas yang kita butuhkan. Garam dari Australia,
beras dari Thailand dan seterusnya.
Peran
stabilisator dan dinamisator yang dulu dimiliki TNI-POLRI sekarang semakin
dikurangi, ini hasil reformasi. Salah satu indikator Demokrasi berjalan baik
adalah dengan dikuranginya peran Negara dan civil socity semakin dikuatkan,
oleh sebab itu saat ini peran stabilisator TNI itu dipegang oleh para ulama,
dan TNI/POLRI selalu mendukung para ulama,” ujarnya mengakhiri.
Pesan Habib Luthfi bin Yahya
Habib Lutfi
didapuk sebagai pembicara terakhir, dalam sambutannya Habib Lutfi mengatakan: “Kita
sudah mempunyai tambahan dua kiai; Kiai Jenderal Sutarman dan Kiai Jenderal
Moeldoko.
Kalau TNI-Polri
dan ulama masyarakat bersatu, tida aka ada yang bisa merusak keutuhan NKRI. Untuk
menguatkan NKRI adalah dengan memperkuat kecintaan masyarakat terhadap
TNI-POLRI dan pemerintah.”
Habib Lutfi
mengamini apa yang dikatakan oleh Jenderal Moeldoko, bahwa yang mengatakan
bangsa ini adalah Negara auto Pilot sangat menyesatkan, bagaimana mungkin
Negeri sebesar ini auto pilot. Dan Habib Lutfi mengajak agar tak lagi mencari
siapa yang salah tapi mencari apa yang salah. “Kalau mencari siapa yang
salah, maka tidak aka nada ujungnya,” tutur beliau.
Pada akhir
sambutannya Habib Lutfi mengatakan: “Sebagai penerjemahan apa yang
disampaikan Kapolri dan Panglima, ulama thariqah di cabang-cabang hendaknya
mempererat hubungan dengan Kapolres dan Dandim. Ini bukan perintah, karena saya
bukan panglima TNI dan Polri tapi saya panglima Thariqah,” Habib Lutfi
berkelekar.
·
Rabu 05
Februari 2014
Rabu, 05/02.
Ribuan jamaah yang hadir dari berbagai penjuru Nusantara memadati Jl. Dr.
Wahidin, lokasi Kanzus Shalawat tempat perayaan Maulid Akbar diselenggarakan.
Dari dini hari para jamaah sudah mulai menduduki lokasi, agar bisa duduk lebih
dekat ke panggung acara. Jamaah yang baru datang ke lokasi terlambat dipastikan
akan mendapatkan tempat yang cukup jauh dari lokasi. Setiap gang di dekat
lokasi penuh dengan kerumunan jamaah yang duduk khusu’.
Meskipun di beberapa
daerah terkena bencana banjir,bahkan di beberapa titik di Kota dan Kabupaten
terkena banjir, tapi tak menyurutkan jamaah untuk hadir di Maulid Nabi.
Alhamdulilah, meskipun di beberapa kecamatan terdekat diguyur hujan, lokasi
Maulid Habib Lutfi bin yahya terang. Padahal selama beberapa minggu sampai -1
puncak acara kediaman Habib Lutfi yang menjadi salah satu tempat acara diguyur
hujan. Praktis, kondisi ini membuat jalannya acara dan kerja kepanitiaan,
pasmpamres dan protokoler istana bisa bekerja dengan sinergis tanpa kendala.
Sedianya
sebelum acara Presiden beserta Ibu Negara akan transit dikediaman Habib Lutfi
bin Yahya. Para pejabat Negara seperti Menteri Agama; Surya Darma Ali, menteri
PDT Helmy Faishal Zaini, Gubernur Jawa Tengah; Ganjar Pranowo dan pejabat pusat
maupun daerah sudah Nampak berdatangan sejak pagi.
Pesan Habib Luthfi bin Yahya
Dalam
tausyiahnya, Habib Muhammad Luthfi bin Yahya mengajak seluruh jamaah berjanji
untuk terus setia mengabdi pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). “Demi
Allah, saya bangsa Indonesia akan mempertahankan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan akan menepis segala sesuatu yang akan menggoyahkan kekuatan
NKRI,” ujar Habib Muhammad Luthfi.
Sambutan Presiden SBY
Peringatan
Maulid Nabi Muhammad Saw. ini dihadiri kurang lebih 25 ribu jamaah dari
Pekalongan dan sekitarnya. Jamaah berdatangan mulai pukul 10.00 WIB dengan
kendaraan pribadi ataupun berjalan kaki.
Sejumlah
menteri yang menyertai Presiden dalam rangkaian kunjungan kerja ke Jawa Barat
dan Jawa Tengah selama empat hari ini juga hadir. Mereka, antara lain, Menko
Perekonomian Hatta Rajasa, Mensesneg Sudi Silalahi, Mendikbud Mohammad Nuh,
Menag Suryadharma Ali, Menteri Koperasi dan UKM Syarief Hasan, Menhut Zulkilfli
Hasan, dan Wamen PU Hermanto Dardak. Hadir pula Gubernur Jateng Ganjar Pranowo
dan Walikota Pekalongan Basyir Ahmad.
Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono menyampaikan sambutan saat menghadiri peringatan Maulid Nabi
Muhammad SAW 1435 H di Kanzus Sholawat, Kota Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu (5/2)
pukul 13.00 WIB. Peringatan bertemakan “Dengan Maulid Nabi Kita Perkokoh
Persatuan, Kesatuan, dan Keutuhan NKRI”. Berikut adalah kutipannya:
“Rasulullah
Muhammad Saw. adalah pemimpin yang tak pernah berhenti membangun toleransi,
mengayomi dan merangkul semua pihak. Tatanan kehidupan yang dibangun Nabi
Muhammad Saw. di Madinah itu menjadi inspirasi Indonesia.
Tatanan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang dibangun Rasulullah di
Madinah menjadi inspirasi bagi masyarakat Indonesia untuk membangun kehidupan
yang serupa, yakni masyarakat beragam yang tetap bisa hidup berdampingan dengan
damai dan harmonis.
Kalau Bangsa Indonesia
memiliki semangat, tekad dan upaya seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad Saw.,
maka dengan izin Allah Swt. Indonesia akan semakin maju, aman, adil dan
sejahtera. Kita perlu meneladani kepribadian, akhlak, tutur kata dan kesantunan
beliau Saw. Rasulullah adalah seorang pemimpin yang mendorong umat untuk
bekerja keras, rajin menuntut ilmu dan tidak mudah menyerah.
Keberhasilan
pembangunan bukan hanya ditentukan oleh pemimpin. Meskipun peran pemimpin
penting, tetapi dukungan seluruh rakyat Indonesia sangat dibutuhkan. Berkat
kesatuan dan persatuan itulah, lanjut Presiden, Indonesia kini dipandang dunia
sebagai negara dengan perkembangan yang baik. Dunia mengakui itu.
Meskipun kita
sudah mencapai perkembangan di banyak hal, tidak kalah penting kehidupan
beragama. Tantangan dan permasalahan yang dihadapi juga masih banyak. Masih
banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan. PR ini yang dalam
pengerjaannya memerlukan persatuan dan kesatuan kita.
Rakyat
Indonesia akan makin sejahtera jika kita bisa membangun ekonomi kita. Ekonomi
bisa dibangun jika negara ini berada dalam keadaan stabil, aman, dan damai.
Mari, rakyat Indonesia bersatu padu untuk ciptakan keadaan Indonesia yang
stabil, aman, dan damai. Indonesia yang bersatu, Indonesia yang berdasarkan
Pancasila, Indonesia yang menjalankan UUD 1945, yang berlandaskan Bhinneka
Tunggal Ika yang berarti meskipun berbeda-beda namun kita tetap satu.”
Di akhir
sambutannya, SBY berpesan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk bergandeng
tangan mengatasi masalah yang sedang terjadi di Indonesia, termasuk dalam
mengatasi bencana alam. Beberapa negara di dunia juga sedang mengatasi bencana
ini. “Semua sedang mengatasi masalah ini. Pemerintah pusat terus berkoordinasi
dan memberikan bantuan menyelesaikan masalah-masalah yang ada. Harapan saya,
kita bisa segera mengatasi masalah ini dan melanjutkan pembangunan di berbagai
bidang demi hari esok yang lebih baik,” ujar SBY.
(Disadur dari: habiblutfi.net, presidenri.go.id,
news.detik.com dan static.republika.co.id)
Sya’roni As-Samfuriy, Tegal 06 Februari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar