Halaman

Kamis, 26 Desember 2013

POLEMIK HABIB ALI AL-JUFRIY DAN UCAPAN SELAMAT NATAL



 
Fp Dukungan untuk FPI "indonesia tanpa JIL" (Jaringan Iblis La'natullah) berusaha mengkalrifikasi tulisan admin, bahwa admin dianggap membawa-bawa nama Habib Ali al-Jufriy. Amanat admin (sang pendiri halaman/fp tersebut) kepada Bayu Arachman dan berkata: “Saya Bayu Arachman curhat tentang Sya’roni As-Samfuriy yang membawa nama Habib Ali al-Jufriy tentang apa betul Habib Ali al-Jufriy mengatakan boleh mengucapkan natal?” Alhamdulilah, ini jawabannya:

Hukuman (Ta’zir) Bagi yang Mengucapkan dan Ikut Merayakan Hari Natal SERTA Keharaman Menjaga Gereja Menurut Madzhab Syafi’i
______________________________

Oleh: Agus Muhammad Luthfir Rochman*

Menanggapi polemik mengucapkan selamat hari natal bahkan ikut merayakan serta getolnya Banser menjaga gereja. Hari ini kami berkesempatan bertanya kepada Syaikhul Masyakhikh as-Sayyid Abu Bakar Bilfiqh. Beliau adalah mudarris besar di Ribath Tarim Hadramaut Yaman di bawah kemuzdiran sulthanul ulama Habib Salim asy-Syathiri.

As-Sayyid Abu Bakar Bilfaqih pernah menegur Habib Ali al-Jufri yang mengucapkan turut berduka cita atas wafatnya Baba Iskandariya (Pastur). Atas ijtihad Habib Ali al-Jufri sebagian pengagumnya di tanah air menggunakan hujjah tentang kebolehan mengucapkan selamat natal dengan catatan sebatas toleransi dan tanpa ikut merayakan. Berikut kurang lebih percakapan kami dalam bahasa Arab yang kami terjemahkan isinya;

“Ya Syaikh, di manakah ibarat (perkataan/pendapat/fatwa ulama) yang jelas tentang keharaman mengucapkan tahniah (selamat/penghormatan) atas hari raya ummat Nashrani/Kuffar?” (Kami bertanya 3x supaya jelas)

Beliau menjawab: “Di dalah kitab Syarwani (Hasyiyah asy-Syaikh Abdul Hamid asy-Syafi’i) atas Tukhfah (Syarkh al-Minhaj Syaikh Ibnu Hajar al-Haitami asy-Syafi’i al-Makki) yang mengambil ibarot Mughni (Syarkh Minhaj asy-Syaikh Khotib asy-Syirbini) di dalam bab Ta’zir/Hukuman bahwa mengucapkan Selamat Natal bukan hanya haram tetapi imam/khalifah (dalam hukum syariat) hendaknya memberi ta’zir kepada mereka yang ikut merayakan dan mengucapkan selamat kepada hari raya orang Kafir.

Beliau pun Membanyakkan ibaratnya kepada kami:

ﺧﺎﺗﻤﺖ ﻳﻌﻴﺮ ﻣﻦ ﻭﺍﻓﻖ ﻟﻜﻔﺎ ﻓﻲ ﻋﻴﺎﻫﻢ
ﻣﻦ ﻳﻤﺴﻚ
ﺍﺍﻟﺤﻴﺔ ﻣﻦ ﻳﺪﺧﻞ ﻟﻨﺎ ﻣﻦ ﻗﺎ
ﻟﺬﻣﻲ ﻳﺎ ﺣﺎ
ﻣﻦ ﻫﻨﺄﻩ ﺑﻌﻴﺪﻩ ﻟﺦ

“Dan dihukum ta’zir orang meniru/mencocoki orang-orang kafir di hari raya mereka, dan orang yang memegang ular dan memasuki api (sulap) dan orang yang berkata “Wahai haji” kepada orang kafir dzimmi dan orang yang memberikan tahniah/ucapan selamat/penghormatan kepada orang kafir di hari raya mereka -sampai selelesai perkataan Syaikh. (Syarwani ‘ala Tukhfat al-Muhtaj juz 9 halaman 212, Darul Fikr dan Mughn al-Muhtaj ‘ala Syarkh al-Minhaj Imam Nawawi juz 5 halaman 550).

Kami kembali bertanya kepada as-Sayyid Abu Bakar Bilfaqih: “Bagaimana hukum para penjaga gereja di hari raya orang Nashrani sebagaimana para polisi?”

Beliau menjawab bahwa itu “Jelas Haram” karena I’anah ‘ala al-Ma’ashiy (menolong kepada kemaksiyatan).

“Apa bisa diqiyaskan dengan mengucapkan “Selamat Natal” sehingga juga mendapat ta’zir?”

Beliau menjawab: “Belum bisa karena belum ada nash (fatwa ulama) secara jelas (dan tetap berlalu hukum keharaman).”

Selesai percakapan kami dan penulis pun mencium tangan beliau.

Ta’zir dalam hukum Islam Imam Nawawi dalam kitab Minhajnya menjelaskan bahwa ta’zir berlaku di setiap maksiat yang tidak ada had tetap, ada kalanya dengan penjara, pukul, tampar atau dicaci dengan lisan. Dan imam/pemimpin boleh berijtihad di dalam kadar dan jenisnya. Ta’zir harus lebih ringan/di bawah batasan had yang ditentukan Syara’ bagi Peminum Khomr (minuman keras) yaitu 40 jilid/cambuk menurut madzhab Syafi’i.

Untuk itu kami serukan kepada teman-teman kami baik dari kalangan NU maupun Muhammadiyah agar berhenti berpolemik mengenai ini bahkan “Sudah Jelas” keharamannya. Terutama bagi mereka yang masih konsisten terhadap madzhab Syafi’i Ahlussunnah wal Jama’ah. Juga kepada saudara kami di GP Anshor/Banser untuk menghentikan kebiasaan sangat buruk yaitu menjaga gereja di saat natal dan tidak mengulangi lagi di tahun mendatang.

Hasbunallah wa Ni’mal Wakil. Ya Allah sudah kami sampaikan.

26 Desember 2013/23 Shafar 1435 H. Bumi para wali, Tarim Hadhramaut Yaman.

*Penulis adalah putra KH. Masrur Afandi Anggota Dewan Syuro NU Purworejo Jawa Tengah. Alumni PP Al-Anwar Sarang Rembang yang saat ini masìh menimba ilmu di Ribath Tarim Hadhramaut Yaman. Diperhalus dari sumber asli:
____________________

Lalu admin menambahkan tulisan, yang saya rasa penting untuk didokumentasikan, pada kolom komentar fp tersebut. Isinya adalah sebagai berikut, dengan bahasa dan tulisan yang sudah saya perhalus:

Admin 1 berada di Hadhramaut. ‘Ala kulli hal. Ada dua ribath besar di sini, satu Ribath Tarim Habib Salim asy-Syathiri dan dua Ribath Darul Mustafa Habib Umar bin Hafidz. Habib Umar adalah masih murid Habib Salim.

Setiap hari Rabu dan Sabtu ada madras ‘am yang diasuh Habib Salim, dan Habib Umar salah satu mudarris yang membaca kitab di depan Habib Salim bersama Habib Abu Bakar Bilfaqih yang tahun lalu menegur Habib Ali al-Jufriy dengan risalah beliau (sudah dikirim ke Habib Taufiq Assegaf Pasuruan, silakan dicek). Habib Ali adalah murid Habib Umar, jadi Habib Ali masih cucu murid Habib Salim.

Karakter Rubath Tarim adalah kuat di bidang fiqh. Karakter Rubath Darul Mustafa adalah kuat di bidang pidato dan dakwah tapi lemah di bidang fiqh (pengakuan Habib Zain bin Smith, kakak ipar Habib Umar dari mertua Habib Muhammad al-Haddar Mufti Baidha).

Dasar pendapat Habib Ali al-Jufriy adalah fatwa ulama dari Eropa www.binbayyah.net/portal/fatawa/1393 Abdullah Bih. Beliau tentu bukan selevel Syaikh Abdul Hamid Syarwani Hasyiyah Tukhfah, Syaikh Ibnu Hajar al-Haitamy guru Syaikh Zainuddin al-Malibari muallif Fathul Mu’in yang kitabnya disepakati merupakan kitab mu’tamad menurut NU. Begitu juga Syaikh Khotib Syirbini muallif Mughni Muhtaj murid Syihab ar-Romli al-Walid Jamal ar-Romli.

Habib Salim pernah menyindir Habib Ali yang terlalu mudah membuat fatwa serampangan meskipun beliau kuat dalam dakwah. Tapi kelakuannya bukan jaminan kebenaran.

***************

Sya’roni As-Samfuriy, Cilangkap Jaktim 26 Desember 2013

7 komentar:

  1. koreksi: Syaikh abdullah bin bayyah beliau ulama kelahiran mauritiana afrika utara dan beliau sekarang bermukim di jeddah saudi arabia, beliau termasuk ulama besar yg telah banyak di kenal baik di arab maupun di eropa karena itu beliau menjadi salah satu anggota dewan fatwa eropa yg berbasis di dublin. Demikianlah koreksinya terima kasih.

    BalasHapus
  2. afwan ya akhi.. Tolong kalimat perbandingan antara rubat tareem dan daaruL Musthofa bisa lebih dikoreksi n kalo bisa dihapus..karena kami dsini (Tareem-Yaman) tidak pernah membeda2kan kedua lembaga tersebut dan tidak merasa lebih satu dengan yg lain. Dan selalu dalam kaidah saling menghormati dan tak menonjolkan diri.. Yang HaL itu ditunjukkan jelas oleh kedua Mudir/Pembina Rubat Tareem ataupun DaruL Mushtofa.. (Sayyidi alhabib Salim Assyathiri & Sayyidi Alhabib Umar bin Hafidz) begitu juga dewan Asatidz dll.

    Sekian koreksi dari kami agar tidak menimbulkan polemik perbandingan kedua lembaga tersebut yang notabene kami berada dalam lingkup salah satu dari keduanya..

    JazakumuLLah kher atas perhatiannya..

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. afwan ya akhi.. Tolong kalimat perbandingan antara rubat tareem dan daaruL Musthofa bisa lebih dikoreksi n kalo bisa dihapus..karena kami dsini (Tareem-Yaman) tidak pernah membeda2kan kedua lembaga tersebut dan tidak merasa lebih satu dengan yg lain. Dan selalu dalam kaidah saling menghormati dan tak menonjolkan diri.. Yang HaL itu ditunjukkan jelas oleh kedua Mudir/Pembina Rubat Tareem ataupun DaruL Mushtofa.. (Sayyidi alhabib Salim Assyathiri & Sayyidi Alhabib Umar bin Hafidz) begitu juga dewan Asatidz dll.

    Sekian koreksi dari kami agar tidak menimbulkan polemik perbandingan kedua lembaga tersebut yang notabene kami berada dalam lingkup salah satu dari keduanya..

    JazakumuLLah kher atas perhatiannya..

    (Ana setuju sama komentar diatas)

    Afwan.

    BalasHapus
  5. itu orang yg membanding bandingkan rubat tarem dgn darul musthafa adalah orang kurang adab.siapapun dia.pemecah belah padahal rubat tarem dan darul musthafa adalah satu keluarga,satu ilmu dan satu tujuan.mencari ridho Allah dan RasulNya.

    BalasHapus
  6. itu orang yg membanding bandingkan rubat tarem dgn darul musthafa adalah orang kurang adab.siapapun dia.pemecah belah padahal rubat tarem dan darul musthafa adalah satu keluarga,satu ilmu dan satu tujuan.mencari ridho Allah dan RasulNya.

    BalasHapus
  7. Kenapa sih kita suka meremehkan ulama2 kontemporer seolah2 mereka tidak punya hak dan kapasitas untuk berijtihad juga? dengan mengatakan "beliau tidak selevel ini" "tidak selevel itu"... Bagaimana tidak mau jumud coba

    Imam al-Qarafi menyebut bahwa:

    وَالْجُمُودُ عَلَى الْمَنْقُولَاتِ أَبَدًا ضَلَالٌ فِي الدِّينِ وَجَهْلٌ بِمَقَاصِدِ عُلَمَاءِ الْمُسْلِمِينَ وَالسَّلَفِ الْمَاضِينَ

    Maksudnya: “Kejumudan terhadap fatwa-fatwa dan pandangan ulama’ terdahulu adalah satu kesesatan dalam agama dan satu kejahilan terhadap maksud sebenar mereka.” (Rujuk Anwar al-Buruq fi Anwa’ al-Furuq, 1/177)

    Begitu juga Ibn ‘Abidin al-Syami, faqih mazhab Hanafi pernah berpesan:

    ليس للمفتي الجمود على المنقول في كتب ظاهر الرواية من غير مراعاة الزمان وأهله، وألاّ يُضيَّع حقوقًا كثيرة، ويكون ضرره أعظم من نفعه

    Maksudnya: “Seorang mufti tidak seharusnya bersikap jumud terhadap nukilan pandangan terdahulu yang terdapat dalam kitab hanya semata-mata berdasarkan zahir riwayat tanpa memperhatikan suasana zaman dan masyarakat setempat. Jika tidak, banyak hak-hak yang akan diketepikan, dan membawa mudarat yang lebih besar daripada kebaikan.” (Lihat Rasa’il Ibn ‘Abidin, 2/131)

    BalasHapus