Halaman

Sabtu, 09 November 2013

PERBANYAK ZIARAH DAN HAUL PARA PAHLAWAN DAN ULAMA




  
10 Nopember harus jadi momen untuk mengingat jasa para pahlawan dan ulama yang memerdekakan bangsa Indonesia. Untuk itulah umat Islam dihimbau memperbanyak haul (peringatan wafatnya) para pahlawan, ulama dan wali sebagai bentuk ketaatan kepada orang tua dan guru.

Dan juga alangkah baiknya para guru, kyai maupun ustadz mengajak anak-anak didiknya bukan hanya berziarah ke makam wali Sembilan dan wali-wali lainnya, melainkan amat perlu juga ke makam para pahlawan seperti Jendral Soedirman, Pangeran Diponegoro, Pangeran Sentot Prawirodirjo dan para pahlawan lainnya.

Supaya “ora kepaten obor karo nglaleake wong tuwa” (tidak kehilangan cahaya dan melupakan jasa-jasa dan perjuangan orang tua terdahulu). Wudhunya mereka sudah bisa menjadi filter. Apalagi setiap anggota badan kita pasti mempunyai dosa. Jadi wudhu bukan sekadar untuk syarat sah shalat saja, tapi sebagai filter segala perilaku kita.

Bangsa ini harus menghargai jasa-jasa mereka, para pahlawan dan salafus shalihin (para ulama terdahulu). Sosok salafus shalihin tidak akan menjual harga dirinya dengan apapun. Alih-alih jika mereka berdakwah dan kebetulan memiliki hasil pertanian maka sebagiannya akan diberikan kepada umat.

Ulama terdahulu memberikan uswatun hasanah, suri tauladan yang baik. Tidak seperti saat ini, ada golongan yang mengaku-ngaku bersih tetapi tidak bisa memberikan uswah, teladan. Meski kita geram tetapi kita sebagai umat Islam sebenarnya kena imbas kelompok yang mengaku-ngaku bersih tetapi nyatanya malah sebaliknya. Seharusnya kita malu dengan pahlawan-pahlawan kita, ulama-ulama terdahulu kita.

“Dengan 10 Nopember sejarah mengawal bangsa dalam mengisi kemerdekaan untuk memperkokoh NKRI.” Pekalongan, 10 Npember 2013. (Maulana al-Habib M. Luthfi bin Yahya).

Sya’roni As-Samfuriy, Cilangkap 10 Nopember 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar