“Wasiat Nasehat
Berharga dari As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Mekkah”
Prof. Dr. al-Muhaddits al-Haramain
as-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani memberikan wasiat yang sangat berharga
dan mulia kepada kita semua. Beliau mengakhiri wasiatnya (no. 11-14) dengan
wasiat yang pernah diberikan oleh ayahandanya, al-Muhaddits al-Haramain
as-Sayyid Alawi bin Abbas bin Abdul Aziz al-Maliki, dari al-Habib Alawi bin
Thohir al-Haddad:
1.
Aku
wasiatkan kepada orang yang telah aku ijazahkan, dan diriku agar senantiasa
bertaqwa kepada Allah Swt., meluruskan niat menuntut ilmu dengan ikhlas dan
jujur hanya untuk mengharapkan ridha Allah Swt.
2.
Aku
wasiatkan juga supaya bersungguh-sungguh mencari ilmu.
3.
Aku
wasiatkan agar jadikan al-Quran sebagai wirid, bertafakkur tentang kandungan
ayat-ayatnya yang sempurna, mendalami mutiara-mutiara maknanya sehingga
keluarlah lautan pengetahuan dan permatanya sesuatu yang dapat melapangkan dadamu,
menambahkan keyakinan dan keberagamamu, menghadirkan kebesaran pemiliknya
(Allah Swt.).
4.
Aku
juga mewasiatkan agar jadikan bacaan kitab-kitab tasawwuf sebagai wirid. Renungkanlah
dirimu di dalamnya, jadikan ia sebagai sahabat dan karibmu pada waktu pagi dan
petang, jadikan ia peganganmu pada semua keadaan. Paksalah dirimu untuk beramal
dengan isi kandungannya dan meninggalkan perkara-perkara yang dicegahnya.
5.
Aku
juga mewasiatkan kepadamu agar senantias berakhlak baik terhadap semua manusia.
6.
Jadilah
kamu manusia yang paling lemah lembut dan bersopan santun, memaafkan orang yang
mendzalimimu, memberi kepada orang yang memutuskan hubungan denganmu dan
membalas orang yang melakukan kejahatan terhadapmu dengan kebaikan. Maafkan
kesalahannya terhadapmu sekalipun kesalahannya itu besar.
7.
Kasihilah
orang-orang faqir dan lemah, duduklah bersama orang-orang miskin dan hadiri
semua majelis mereka tanpa merasakan bahwa kamu mempunyai kedudukan yang lebih
tinggi daripada mereka. Tetapi rasakanlah bahwa kamu merupakan orang yang
paling hina di kalangan mereka.
8.
Aku
juga mewasiatkanmu dengan sifat wara’. Karena ia merupakan pokok agama ini dan
pegangan orang-orang yang senantias mengharap ridha Allah Swt.
9.
Aku
juga mewasiatkan agar bersangka baik terhadap Allah dan sekalian kaum Muslimin.
Karena sifat tersebut mengandung segala keberuntungan.
10.
Aku
juga mewasiatkan agar bersungguh-sungguh menyebarkan ilmu dan mengajar manusia
11.
Hendaklah
orang yang diijazahkan menjadikan sebuah kitab tertentu sebagai rujukan dan
peringatan, terutama saat sibuk berdakwah di jalan Allah. Perkara pertama yang
perlu dilazimi oleh orang yang ingin berdakwah setelah memahami hokum-hukum
syariat ialah mengetahui segala janji baikNya bagi orang yang melakukan
ketaatan dan janji burukNya bagi orang yang melakukan maksiat yang terkandung
di dalam al-Quran dan al-Hadits. Niscaya hati akan senantiasa merasakan rindu
dan di dalamnya terpancar cahaya iman.
12.
Untuk
mengetahui semua perkara tersebut, silakan baca kitab an-Nashaih ad- Diniyah wa al-Washaya al-Imaniyah karya al-Imam
al-Habib Abdullah bin Alwi al-Hadddd. Sekalipun isinya ringkas tetapi dalam
kitab tersebut telah terkumpul perkara-perkara yang sangat diperlukan oleh
semua orang Islam.
13.
Sekiranya
hendak mengetahui thariqah yang khusus dan adab yang telah disyariatkan, lazimkanlah
membaca kitab ad-Da’wat at-Tammah wa at-Tadzkirah
al-‘Ammah karya al-Imam al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad. Janganlah
membacanya hanya bertujuan untuk mengambil berkah, tetapi berniatlah (‘azm) untuk meraih kefahaman dan memberikan
kefahaman kepada orang lain. Maka keberkahan yang hakiki adalah apabila disertai
dengan pengamalan.
14.
Waspadalah
dalam menjadikan suatu kebiasaan hanya mengulang-ulang membaca permasalahan
fiqih, siang dan malam, semasa tua dan muda, tanpa membaca kitab agama yang
lain seperti ilmu tafsir, hadits dan tasawuf. Dengan membatasi bacaan hanya
pada kitab-kitab fiqih adalah suatu kelemahan, kejumudan dan menjauhkan diri
dari akhlak yang baik serta menjadikan kerasnya hati.
Demikianlah yang telah diwasiatkan oleh guru-guru
kami dan selainnya. Apabila zaman telah menjadi zaman bid’ah, fitnah dan syubhat,
maka hendaklah para penuntut ilmu mempersiapkan dirinya untuk menjadi salah
seorang dari orang-orang yang mempertahankan agama Allah dan menegakkan
hujjahNya di atas muka bumi. Seseorang tidak akan mampu menjadi yang demikian
itu, jikalau tidak cukup dan cakap dalam setiap ilmu. Barangiapa yang memohon
pertolongan Allah, maka Allah akan memberikan bantuanNya.”
Keterangan
foto: Al-Habib Saggaf bin Mahdi (Parung-Bogor), KH. Mahrus Ali (Lirboyo-Kediri)
dan As-Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki (Mekkah), saat kunjungan beliau ke Pondok
Pesantren Lirboyo-Kediri tahun 1981 M.
Sya’roni
As-Samfuriy, Tegal 04 Oktober 2013
Alhamdulillah semoga membantu aku menjadi manusia(Konveksitasjakartatimur-selatan.blogspot.com)
BalasHapus