Maulana al-habib M. Luthfi
bin Yahya menjelaskan tentang sebuah rahasia (sirr) di balik setiap doa yang
kita ucapkan. Kenapa doa yang sering kita lakukan terkadang atau bahkan
kebanyakan tak kunjung terijabahi oleh Allah? Bersyukurlah, karena itu pertanda
amat sayangnya Allah kepada kita.
Allah Ta’ala berfirman: ادعوني أستجب
لكم “Berdoalah padaKu (Allah) maka Aku (Allah)
akan menerima kalian”.
Firman Allah tersebut
merupakan dasar atau dalil perintah untuk kita berdoa kepada Allah. Lalu apakah
doa yang kita panjatkan itu pasti diterima oleh Allah? Doa kita diterima atau
tidak itu hak Allah, tapi kita wajib untuk berdoa kepada Allah.
Selanjutnya, yang namanya
menerima itu belum tentu mengijabahi. Kita berdoa pasti diterima, akan tetapi
belum tentu diijabahi oleh Allah. Tidak semua diberikan atau diijabahi oleh
Allah, dan Allah tidak mengijabahi doa itu termasuk bentuk kasih sayang atau
rahmat Allah kepada hambaNya.
Doa pun dalam “astajib lakum” itu tetap ada syara’nya,
sehingga tidak semua doa diijabahi. Contohnya kita berdoa menjadi Nabi, itu
tidak akan diijabahi.
Doa itu ada yang diterima tetapi
untuk memenuhi gudang akhirat, ibaratnya kita menabung sehingga tidak diijabahi
di dunia. Ada juga doa yang diijabahi di dunia dan akhirat.
Allah Ta’ala itu mengabulkan
doa melalui proses syar’an. Seperti begini, Muhammad diangkat menjadi Nabi pada
umur 25, lalu umur 40 baru diangkat menjadi Rasul, umur 51 tahun baru diberi
perintah shalat melalui isra’ mi’raj, dan ahkamul wudhu’ baru diajarkan di
Madinah. Di sini, Nabi Muhammad saja masih diberi proses, tidak langsung.
Kalau kita berdoa lalu Allah
tidak mengijabahi doa kita, kita harus bersyukur, berterima kasih pada Allah. Karena
bisa jadi, Allah tidak mengijabahi doa kita itu karena kita belum siap menerima
doa yang diijabahi oleh Allah, karena ada beberapa hal yang kita belum kuat.
Doa, amalan-amalan, hizib,
puasa, melek (saharullayali) dan lain-lain
itu untuk membersihkan hati dan menyucikan jiwa (tashfiyatul quluub wa tazkiyatun nafs), sehingga ada godaan di
dalamnya, yaitu selalu terjadi perang batin. Contoh: ada orang yang ngaji ke salah
satu kiai yang terkenal kealimannya. Lalu orang tersebut timbul dalam hatinya
rasa bangga karena bisa dekat dan ngaji kepada sang kiai sehingga merendahkan
orang lain. Kalau sudah begitu, itu sebenarnya bala’ atau musibah bagi sang kiai tersebut.
Walhasil, kita harus bersyukur karena kita disayang oleh Allah Ta’ala dengan
tidak diberi secara langsung, namun bertahap. Karena kalau diberi langsung kita
bisa nggeblag (error) karena tidak
kuat.
Al-Habib Mundzir bin Fuad
al-Musaw menjelaskan perihal friman Allah Swt.:
Wallahu a’lam.
Sya’roni As-Samfuriy, Tegal 22 September 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar