GUS DUR DI MATA HABIB LUTHFI BIN YAHYA
Memiliki
jiwa dan anak keturunan yang shaleh adalah dambaan setiap muslim. Predikat “shaleh”
bukanlah sembarangan predikat. Lihat bagaimana seorang nabi dan rasul serta
berpredikat Khalilullah Sayyiduna Ibrahim As. saja masih mendambakan
keshalehan dalam doanya:
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ
الصَّالِحِينَ
“Robbi habliy minashshoolihiin”
(Ya Rabbku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang
yang shaleh). (QS. ash-Shaffaat ayat 100).
Ketua Umum Jam’iyyah Ahlut Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah Maulana
al-Habib Luthfi bin Yahya mengaku tidak bisa menyimpulkan apakah Gus Dur wali
atau bukan, tetapi ia yakin Gus Dur orang yang shaleh.
“Yang tahu wali hanya wali. Dan
saya husnudzan billah beliau orang yang shaleh,” kata beliau seusai memberi taushiyah salah satu acara Maulid Nabi Saw.
yang diselenggarakan Ansor NU.
Beliau
menjelaskan bahwa keshalehan atau kewalian seseorang tidak bisa diukur atau
dibandingkan layaknya emas berapa karat. “Shaleh ya shaleh, keshalehan
seseorang tidak bisa kita ukur, apalagi keauliyaan . Tinggal prasangka baik
kita, apalagi Gus Dur yang sudah berbuat untuk umat ini, untuk bangsa ini,”
tandas beliau.
Lihat
betapa seorang ulama besar masa ini, Rais ‘Am, Ketua Umum thariqat di Indonesia
bahkan dunia, mengakui akan keshalehan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Seharusnya saya malu menganggap bahwa Gus Dur bukanlah siapa-siapa, apalagi
sampai mencacinya. Lhah kita ini siapa dibanding beliau Maulana al-Habib Luthfi
bin Yahya?
Takkan
terlupakan diri ini di setiap kali ta’lim hari Ahad pagi di Majelis Ta’lim
al-Hikmah Ketitang Talang tegal, sang pembina yang mulia al-Habib Qasim bin
Hasan bin Husein bin Syaikh Abubakar bin Salim semasa hidupnya tak pernah luput
untuk senantiasa mendoakan dua nama ulama yang disejajarkan, yakni Gus Dur dan
al-Habib Luthfi.
Lahum al-Fatihah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar